Ketakutan akan Munculnya Robot Terminator dan Posisi AI Saat Ini

Jika mendengar nama aktor Arnold Schwarzenegger,  Anda mungkin akan mengingat karakter robot antagonist yang diperankannya dalam film The Terminator. Di tahun 1984, sutradara James Cameron memperkenalkan tokoh robot yang digambarkan sebagai entitas yang mengancam kehidupan manusia. Terminator ditampilkan sebagai autonomous robot (robot yang dapat berpikir dan bertindak dengan otonomi tinggi) yang bertujuan memburu nyawa manusia. Di dalam film fiksi tersebut, mesin yang dikenal sebagai ‘evil robot’ ini diciptakan oleh  komputer dengan intelejensi tinggi bernama Skynet yang memiliki cita-cita menghancurkan peradaban manusia.

Terminator1001
Tokoh Terminator yang digambarkan sebagai robot pemburu manusia dalam film yang diperankan oleh Arnold Schwarzenegger [1].
Sumber gambar : https://en.wikipedia.org/wiki/Terminator_(character_concept)

 

Ketakutan akan munculnya robot Terminator dan Posisi AI saat ini

Dengan berkembangnya teknologi AI yang ditandai dengan maraknya penggunaan pesawat tanpa awak (drone)  dan pengalokasian robot dalam medan pertempuran, ketakutan akan munculnya robot Terminator ramai diperbincangkan khalayak luas. Tapi benarkah teknologi AI saat ini sudah mendukung pembuatan robot autonomous seperti dalam film The Terminator?

Apakah teknologi AI saat ini sudah mendukung pembuatan robot Terminator?

terminatorgenisys1-large
Terminator merupakan salah satu tokoh robot fiksi yang digambarkan mampu berpikir dan bertindak tanpa control dari manusia.
Sumber gambar: http://www.telegraph.co.uk/film/terminator-genisys/arnold-schwarzenegger-confirms-sixth-movie/

Seperti dilansir dalam Majalah IEEE Spectrum edisi Juni 2016, dalam waktu dekat, mayoritas mesin yang digunakan dalam medan pertempuran saat ini masih melibatkan manusia dalam “loop”. Artinya manusia masih bertindak sebagai pemegang kontrol dan penentu keputusan akhir untuk “menarik pelatuk” dalam perang. Namun besar kemungkinan di masa depan, teknologi AI diprediksi dapat mendukung mesin dengan otoritas penuh untuk mengambil keputusan.

…it’s likely, and some say inevitable, that future AI-powered weapons will eventually be able to operate with complete autonomy leading to a watershed moment in the history of warfare: For the first time, a collection of microchips and software will decide whether a human being lives or dies.” ~IEEE Spectrum Magazine, June 2016.

Isu mengenai apakah  “the killer robots” diperbolehkan dalam perang ibarat memunculkan dua sisi mata koin yang berbeda. Kubu yang kontra berargumen bahwa penggunaan robot bersenjata akan memunculkan perang dunia, membahayakan keselamatan manusia, dan merusak peradaban. Tahun lalu sebuah grup yang terdiri dari pakar AI di dunia mengajukan surat terbuka dalam berbagai konferensi besar AI untuk melarang penggunaan senjata  yang bersifat offensive diluar kontrol manusia.  Seperti dikutip dalam IEEE Spectrum edisi Juni, surat terbuka tersebut ditandatangani oleh lebih dari 20,000 orang, termasuk tokoh-tokoh terkenal seperti tokoh fisika dunia, Stephan Hawking dan Tesla CEO Elon Musk yang tahun lalu mendonasikan $ 10 juta untuk Boston-Institute dengan misinya untuk melindungi keberlangsungan hidup manusia. Surat terbuka tersebut diorganisir oleh tiga akademisi utama dari berbagai universitas di dunia: Stuart Russel dari University of California, Berkeley, Max Tegmark dari MIT, dan Toby Walsh dari The University of New South Wales Australia [2]. Pada bulan Desember, lebih dari 100 negara dalam pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Geneva diharapkan akan membahas isu penggunaan senjata autonomous dalam medan pertempuran [2].

Sedangkan kubu yang pro berargumen bahwa senjata robotik dengan kemampuan mengukur target dengan presisi tinggi akan mengurangi jatuhnya korban salah tembak (kesalahan yang sering terjadi jika dilakukan oleh manusia) [2].

Meskipun terjadi pro dan kontra mengenai apakah senjata autonomous boleh digunakan di medan pertempuran, berita baiknya adalah diskusi yang ada saat ini sebagian besar tetap mengedepankan aspek ‘manusia’ (kemanusiaan) dibandingkan aspek ‘robot’ [2].

Nah terkait penggunaan senjata autonomous ini berada di pihak manakah Anda? 🙂

Medria

Tentang penulis

Pada bulan Juli 2015 hingga Januari 2016, penulis bekerja sebagai Research Associate di The University of New South Wales  UNSW Canberra dalam bidang information warfare, autonomous systems, dan cyberwar. 

References

[1] https://en.wikipedia.org/wiki/Terminator_(character_concept)

[2] Erico Guizzo & Evan ACkerman, “When Robots Decide to Kill” in IEEE Spectrum June Edition 2016.

One Comment Add yours

  1. amostiberio says:

    Terimakasih atas kuliah umumnya bu! Nice blog

    Like

Leave a comment