Sudah Siapkah Kita Mempercayai Robot?

Bayangkan Anda ada di masa depan di mana sistem seperti robot sudah mampu berpikir dan bertindak sendiri tanpa pengawasan manusia.

Katakan Anda ingin terbang ke Florida untuk mengunjungi sebuah conference. Kemudian Anda harus memilih di antara dua pesawat, yang satu dikendalikan oleh pilot manusia dan pesawat yang satu lagi dijalankan sepenuhnya oleh mesin yang bekerja secara autonomous (tanpa bantuan dan pengawasan manusia). Pesawat mana yang akan anda pilih?

Saat orang terdekat anda sedang sakit berat yang mengancam nyawanya dan membutuhkan operasi untuk menentukan kelangsungan hidupnya, apakah Anda akan mempercayai keputusan akhir melakukan operasi pada robot atau dokter (manusia)?

Saat seorang ibu sedang berhalangan mengasuh anaknya karena sebab tertentu (seperti bekerja atau sebab lainnya), percayakah Ia untuk menitipkan anaknya pada robot?

nanny robot
Robot Nanny yang bertugas mengasuh anak. Sumber :

I, Nanny: Robot Babysitters Pose Dilemma

Seberapa percayakah kita pada mesin yang dapat bekerja secara autonomous?

Ide membangun sistem yang bisa dipercaya merupakan salah satu topik yang hangat diperbincangkan para ilmuwan dari berbagai kalangan, khususnya AI. Topik ini menjadi sorotan dalam majalah IEEE Spectrum edisi Juni 2016 dengan headlineCan We Trust Robots?”.

trust_robot
Majalah IEEE Spectrun edisi Juni 2016 mengangkat tema yang sedang hangat dibicarakan para ilmuwan di berbagai bidang, “Can We Trust Robots?”

Meskipun beberapa penemuan terkini telah memungkinkan mesin berkerja secara semi-autonomous, seperti pesawat yang sudah dikendalikan dengan sistem autopilot, namun sebagian besar kinerja mesin saat ini masih membutuhkan pengawasan langsung dari manusia.

Selain itu, isu mengenai hukum, etika dan moral menjadi salah satu masalah yang tidak bisa diabaikan. Munculnya teknologi mobil cerdas yang mampu mengemudikan kendaraan tanpa bantuan manusia, contohnya, sekilas tampak seperti mimpi nyata. Tapi bayangkan jika ada seorang anak kecil yang menyeberangi jalan secara tiba-tiba di depan mobil yang berjalan secara autonomous. Apakah mobil itu memilih menabrak anak kecil atau membanting mobil ke sisi jalan raya dengan mengorbankan  penumpang di dalamnya?  Dapatkah mereka berpikir mengenai hukum, etika dan moral seperti manusia? Lalu jika mobil cerdas tersebut mengalami kecelakaan dan melakukan kesalahan, siapa yang akan dituntut? Apakah  ilmuwan penemunya, perancang mesin, atau perusahaan yang memproduksi mesin? Tentu ini bukanlah pertanyaan yang mampu dijawab dengan mudah.

Contoh lain dapat kita lihat di bidang militer di mana saat ini terjadi pro dan kontra mengenai apakah senjata autonomous boleh dikembangkan. Bayangkan jika senjata itu benar-benar digunakan di medan perang, dapatkah mesin berpikir  dan membedakan  penduduk sipil dan tentara yang benar-benar menjadi targetnya?  Dalam salah satu artikel IEEE Spectrum yang diposting pada tanggal 1 Juni 2016 silam, Mark Gubrud, mengemukakan berbagai alasan mengapa dunia harus melarang penggunaan senjata autonomous. Postingan ini mengingatkan betapa bahaya teknologi autonomous patut menjadi perhatian di berbagai negara, termasuk Indonesia.

IMG_6129
Ilustrasi di mana penggunaan teknologi senjata autonomous di medan perang (atau sering dikenal dengan istilah “the killer robots”)  menimbulkan pro dan kontra di berbagai kalangan (dok. pribadi)

Seiring dengan berkembangnya teknologi autonomous, wacana mengenai pentingnya memperhatikan hukum, etika dan moral ke dalam sistem merupakan salah satu topik yang ramai diperbincangkan.  Topik ini menjadi sorotan tidak hanya di kalangan ilmuwan komputer dan mesin, namun juga menjadi topik diskusi para pakar di bidang hukum, militer, psikologi, sosiologi, antropologi, kedokteran dan area lainnya.

Dan, sama halnya dengan teknologi smartphones yang kini sudah menjadi bagian dalam kehidupan kita sehari-hari, bukan tidak mungkin di masa depan teknologi autonomous akan mengambil peranan penting dalam kehidupan masyarakat dunia, termasuk negara kita. Salah satu contohnya adalah teknologi  mobil autonomous yang kini sedang dikembangkan. So, are we ready? 🙂

“We and our machines are on the cusp of a new relationship. In the not-so-distant future, we will begin entrusting to robotic systems that are higly or completely autonomous such vital tasks as driving a car, performing surgery,
and choosing when to apply lethal force in a war zone. For the first time, machines programmed, but not directly controlled by us will be making life-or-death decisions in complicated, fluid, and unstructured environments. Undoubtedly, mistakes will be made and people will die.
But in smaller numbers than do so now.”

From IEEE Spectrum June 2016, special report “Can We Trust Robots?”

Salam,

Medria

 

 

One Comment Add yours

  1. apakah akhir zaman.. manusia akan melawan robot??

    Like

Leave a comment